bumbu halus manual

aku itu kl bikin bumbu halus lebih suka manual gini. aroma dan rasanya lebih berasa. emang masak jadi lama siih. tp itu bagian dari proses. 😁

biar aja deh gak kekinian dan gak praktis. yg penting bisa sambil olah raga, trus lebih pas lg ya hemat listrik…..😁

Itu munthu (anak ulekan) khusus impor dari kampung. Bukan apa2 sih, cm karena akunya gak bisa pake anak ulekan yg khas sini. Padahal kalau lihat tukang bumbu di pasar enak bener ya pake yang bulet itu? Nguleknya bisa pake dua tangan…… 

masih tentang hemat listrik 

ini salah satu jendela favoritku. karena ruang tengah jadi cukup cahaya dan sirkulasi udara bagus.

ruang tengah ini terhubung dgn ruang terbuka di dalam rumah yg gak terlalu besar, tp cukup membantu memberi pasokan sinar matahari ke dalam rumah. 
sebenernya bukan cuma ruang tengah yang punya akses langsung ke ruang terbuka. semua ruangan dibuat punya jendela yang mengarah ke ruang terbuka baik di dalam maupun di luar rumah. 

tujuan awalnya sih biar sirkulasi udara dan cahaya lancar. trus selain itu biar hemat listrik, karena kami gak perlu pasang AC di rumah. 😁

kl hari panas tinggal buka jendela, tinggal pilih bagian mana yg mau diademin dan berapa banyak jendela yang perlu dibuka. 🌞

iseng kesekian kali

“Dream Hause” dan “Beautiful Cactus”  siap digantung 

prosesnya desember 2016 – juni 2017 tp bulan maret full mrk gak disenggol, krn lg rempong sm urusan d sebelah 😂. seru, krn dikira sdh selesai ternyata ada ‘french knot’ yg belum dibuat. mana banyak pula…. 

bayangannya kmrn bingkainya pengen begini begitu, stlh ngobrol trus coba bongkar pasang dan atas analisis dari mas @setragaleri_jambi akhirnya tetep minimalis jd pilihan. kt masnya ‘fokusnya hrs di sulamannya’

Senengnya mbingkai di sini, soalnya bisa diskusi dl sm masnya yg pd sabar2 ngeladenin emak2 yg bawel. makasih, ya ☺

mau nulis lagi aaahhh

​Hari kamis tanggal 11 Agustus 2016,  kali kedua Aura di-mentor-i seorang novelis yang biasa disebut Bunda Mei. Kali ini dalam rangka persiapan penulisan cerpen yang disponsori oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Jambi. 

Siapa sih Bunda Mei ini? 

Meiliana K. Tansri atau anak2 sering memanggil Bunda Mei adalah seorang penulis dari Jambi. Beberapa novelnya sudah diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Diantaranya adalah  “Trilogi Darah Emas”. 

koleksi aura&prana

Ada 3 novel dalam Trilogi ini, yaitu Mempelai Naga, Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus serta Sembrani. Ketiganya mengambil seting di daerah Kemingking, Kumpeh, Jambi. 

Ceritanya keren, nanti kapan2 resensinya dimunculkan deh….. 

Tapi yg gak kalah keren itu ketiga novel koleksi di rumah ditandatangani hehehe… 

koleksi aura&prana

harta karun

​Hari minggu pengennya berleha-leha, tp pasti gak tega. Ujung2nya ambil senjata, menyingsingkan lengan baju trus bertempur habis2an alias ringkes2, beberes ngumpulin harta karun.

Tiap nemu yg antik pasti galau,  antara tetep disimpan, masuk kotak untuk didonasikan atau masuk tempat sampah. 

Salah satu harta yg bikin galau ya ini nih, koleksi majalah lama, jaman lg demen berburu bacaan yg isinya nyangkut2 ngurusin bayi.

Kira2 ada yg minat “ngadopsi” sebagian koleksi majalah lama ini gak ya?

Tahun terbitnya macem2 ada yg 2003, 2004, 2006, 2009 dan 2011. Biarpun kesannya jadul,  tapi isinya gak ketinggalan jaman. 
Jujur,  masih galau sama tiga majalah Inspired Kids itu. Soalnya sebenernya penuh kenangan, majalah itu dapet gretongan. Salah satu hadiah waktu aura dpt penghargaan “consolation” di acara national art competition dulu 😁. Emaknya dapet voucher langganan tu majalah. 

Harta karun yg lain, ada majalah anak2 terbit kisaran tahun 2009 sampai 2013. Tapi kalau yg ini sudah ada peminat ya. Tinggal diantar saja………. 

w a k t u

Masih banyak yang belum diselesaikan
Masih banyak yang belum dilakukan
Masih banyak yang terlupa
Masih banyak yang tertunda

Kita pikir masih ada nanti
Kita pikir masih ada besok
Kita pikir masih ada lusa
Kita pikir masih ada waktu

Padahal, tak tahu apa yang terjadi nanti
Padahal, tak tahu apa yang terjadi besok
Padahal, tak tahu apa yang terjadi lusa
Padahal, waktu yang kita punya tak sebanyak yang kita kira

soal hati

Terkadang, ketika hati ‘terasa’ terluka saat itulah kita sedang dipaksa belajar melihat sesuatu dari sisi dan sudut yang berbeda.

Penderitaan hidup adalah seperti garam, tidak lebih dan tidak kurang, besarnya selalu sama. Tentang bagaimana kita menjalaninya tergantung dari wadah apa yang akan kita pakai untuk menampungnya. Karenanya, besarkan jiwa kita, besarkan ruang pandang kita dan berhentilah berfikir menjadi gelas, tetapi jadilah danau……

Kesulitan hidup ini tidak ditujukan untuk membatalkan pencapaian masa depan yang baik, tetapi untuk menjadikan kita lebih kuat dan pantas bagi impian kita.

Saat kita mencari kesempurnaan, yang mungkin kita dapat kemudian adalah kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, segala sesuatu akan terasa lebih istimewa…… 🙂 Kebahagiaan itu ada dalam hati kita. Telusuri rasa itu dalam kalbu, ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kita sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri.

Tak ada beban yang tak sanggup kita menjalaninya, yang terpenting adalah bagaimana cara kita memikul beban itu. Semuanya kembali ke “hati” kita masing-masing, tinggal bagaimana kita menjalaninya …………… sabar dan hadapi dengan ikhlas…

Tak semua novel ending-nya bahagia, tapi yakinlah perjalanan hidup kita akan berakhir dengan kebahagiaan selama kita ikhlas menjalaninya.

 *hanya sedikit perenungan, untuk mengingatkan diri sendiri*

pasrah

mencoba megingat beberapa hal untuk kembali menyemangati diri sendiri,

 

kita cuma berusaha, ujungnya sudah ada yang mengatur

sama seperti rezeki, tak akan ada yg salah menerima

tapi tetap kita harus berusaha

katanya, energi terbesar manusia adalah ketika dia berada pada titik terendahnya yaitu PASRAH dalam konteks yg sebenarnya, yaitu dibarengi dgn rasa ikhlas

jadi, orang pasrah itu bukan orang yg nggak punya semangat hidup….

justru orang yg sadar akan hakekat hidup itu sendiri

dgn catatan, kita memang  sudah berusaha sesuai kemampuan (dlm arti yg positif)

 

*tq arum, yg telah menyimpan sepenggal tulisan-q waktu itu…:-) *

di-“anggap”

tak ada salahnya untuk selalu mencoba, nduk… jangan takut kalau ada yang meng-anggap salah. benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain, hanya Yang Maha Benar yang memang selalu benar

tak perlu berkecil hati ketika kita “di-anggap” tidak mampu dan tidak bisa, itu adalah bagian dari proses untuk kita mendewasakan diri dan menjadi diri yang lebih baik,

pun tak perlu menyombongkan diri ketika “di-anggap” mampu dan bisa, itu adalah ujian untuk kita tetap selalu melihat ke dalam diri kita, tak usah memandang rendah orang lain, tak perlu congkak pada dunia ini….

yang terpenting adalah kita berusaha dan yakin untuk selalu melakukan hal yang benar, nduk….. bukan hanya sekedar benar menurut kita, atau benar menurut orang lain, tetapi benar menurut Yang Maha Benar…….

sudahlah nduk….., jalani saja yang ada, mengalir saja…..nikmati saja…. semua akan berujung di tempat yang baik, Yang Maha Agung menciptakan kita dengan suatu tujuan, tujuan itulah yang harus kita perjuangkan dengan segala keterbatasan kita……..